Terima Kasih Telah Berkunjung Di Blog Enam Penjuru

05/06/10

PERSEKUTUAN KAU DAN MALAM

entah kebijakkan apa lagi yang mesti disabdakan
kini semuanya jadi ingkar….
seperti malam ini dan entah malam nanti
kata yang didengungkan hanya bisa menciptakan busa putih
di ujung mulut
mawar yang telah ditanam di pematang hatimu
layu di tangan kemaraunya zaman
hilangnya kesucian anak perawan adalah derita hujan

pada kamar sempit
di mana terjadi perzinahan dan persekutuan antara waktu, malam, perempuan, dan iblis
di bawah temaram cahaya bulan
saksinya adalah bintang
derita hujanpun memaksa musim berkhianat
atas pernikahan yang tidak pernah lagi jadi sakral
kau yang telah menciptakan malam dan dosa
terkutuklah kalian....

Baca Selengkapnya......

BANGKAI KUCING DI TENGAH KOTA

malang, sungguh malang nasibmu
juga nasibku....
kau sudah menjadi bangkai sedang aku menunggu maut menggoda
di sini, dalam kota yang ramai dengan para iblis
bayangan kematian bersemayam pada lampu-lampu jalan
aha.... lama nian kau tergeletak di sini
lama pula aku berkelana mencarimu
maafkan aku baru bertemu denganmu
aku tahu tak seorangpun mau mengafanimu
karena kau terlanjur menjadi bangkai

kasih tahu aku....
di mana maut yang merobek perutmu?
jangan katakan patung kuda itu yang membunuhmu
katakan bahwa kau tergilas ban mobil melalulalang
angkuh….
cukup aku yang tahu
bangkaimu membusuk
terbujur kaku dekat tiang lampu jalan di tengah kota
jangan banyak menuntut
sebab kau hanyalah kucing kurus yang mati terbunuh
aku sudah temukan kau di sini
malang sungguh malang nasibmu juga nasibku
tunggu aku
hanya sebentar saja
setelah laknat menimpaku
kita akan bertemu sayang

Baca Selengkapnya......

03/06/10

KELABU

Halimun menyapa pada lekuk lantaran sore kelabu
Tak jua temui pelangi melintang di seberang indrawi
Gulungan risau menghempas galau
pada angin yang berbisik di dedaunan hati
Mengadu sepi kerinduan
Biarlah senyap menanti sang bulan
Meski harap tak jadi nyata

Baca Selengkapnya......

ADAB BIADAB

Kemarin relief itu masih terukir megah
meniti di tali temali zaman
kokoh berdiri merangkai cahaya
meski gulita tak henti menjilati lentera

Hari ini kelam merayu bulan
meniup awan hitam di ubun-ubun musim
merangkai tirani biadab ke peraduaan
Haruskah adat kita tenggelam ditelan gaun ketat penuh syahwat
atau… kita hanya diam melihat butiran-butiran debu
yang menutupi zamrud khatulistiwa

Esok petang ketika tatapan melambai di persimpangan globalisasi
ketika budaya, adat istiadat, dan moral tidak lagi jadi mantra
ketika etika mengeras dan beringas
haruskah kita tinggal diam…?

Baca Selengkapnya......

CERAH KELAM MANUSIA

Tipu muslihat orang berhati keruh
Tangar dalam kandang ego
Lincah menari di liang dosa
Mengikis iman yang bergelimang
Tertatih menuju kediaman batara guru
Yang jauh di batas pandang
Perlahan tahlil tak didengar
Akidah kokoh retak dihempas nafsu birahi
Reruntuhan akhlak berserakan
Menjadi berhala dipoles dengan tangan musyrik
Masih adakah setetes embun bersyahadat ketika fajar menyingsing?


Baca Selengkapnya......

PUCUK LAYU

AKMAL Dg. Lau

Biarlah aku jadi pucuk
Hari esok jadi tunas
Lambai ikut gemulainya arah
Seiring waktu kian kemari
Dengan hembusan tercompang camping
Menari tanpa gerak
Diam sesak air gemuruh
Keluh rayu pangkuan tak berarti
Hasut telah kubaca dengan makna nurani
Lambaianmu tersa perih di penatku
Cerah hari esok temui Tuhan
Dengan menatap pucuk layu
Apa daya pucuk ini
Ketika akan diserang cacing-cacing rakus
Apa daya pucuk ini
Ulat-ulat bersemayam di batang
Aku hanya tumbal dukun penjilat
Aku hnya umpan kail berkarat
Dan hanya sperma hasil onani
Bukan dari hasil persenggamaan dengan karya
Sekali lagi,
Aku hanya sperma yang kau semrpotkan
Di sudut parit.


Makassar, 25 Februari 2008


Baca Selengkapnya......